Minggu, 02 Oktober 2011

ALPAM DALAM KENANGAN (part 3)

My  curriculum  vitae
(sebuah renungan dan refleksi diri)

11011   (dibaca : tanggal 1 bulan 10 tahun 2011)
Arah dan jalan hidupku berubah kembali. Pada tanggal tersebut aku mendapat kepercayaan, amanah dan penugasan di tempat yang baru – di SDI Al-Azhar 17 - Bintaro. Tak perlu cerita lagi betapa pilu dan lara saat berpisah dengan keluarga besar ALPAM (nama keren dari SDI Al-Azhar 15 – Pamulang). Tapi demi mengemban tugas dan kebesaran institusi tercinta – YPI Al-Azhar ( lembaga yang orisinil lho!), maka perasaan sedih dan cengeng harus segera dibuang diganti dengan semangat, optimis, gembira, karena di sana pun pasti akan lebih baik (insya Allah!)

19 = 9  (dibaca 19 tahun = 9 sekolah)
Tak berasa bahwa sudah selama 19 tahun aku merantau ke negeri Betawi ini dan meninggalkan tanah kelahiranku tercinta (daerah Bekonang) di pinggiran kota Solo.
Selama sekian belas tahun itulah aku mengabdikan diri di dunia pendidikan, meski pada kurun waktu tersebut aku tidak menetap di satu sekolahan saja. Ada 9 institusi pendidikan yang telah menjadi tempat belajar dan tempat menggantungkan hidupku. (Semoga Bapak-Ibu-Teman-dan Saudaraku di tempat-tempat tersebut mendapatkan barakah dari Allah SWT)

1.    AKADEMI PARIWISATA INDONESIA / AKPINDO (Tahun 1992–1993)





Kampus ini merupakan tempat yang sangat monumental bagiku, karena di tempat ini aku menorehkan sejarah pribadi, yakni tempat pertama di mana aku berkarier sebagai seorang pendidik. Waktu itu aku baru lulus dari kuliah di UNS di Solo (Universitas Negeri Sebelas Maret). Berawal karena seorang dosen di Akpindo sedang melanjutkan studi di Australia, maka mereka butuh dosen pengganti. Ketika pihak rektorat tidak banyak pilihan (heheheee), maka aku satu-satunya kandidat (mungkin) dipercaya menggantikan Sang Dosen untuk mengisi dan mengajar para mahasiswa. Aku merasa bangga sekaligus gembira. Bangga karena aku (mungkin) salah satu dosen termuda di Indonesia, karena usiaku waktu itu baru 19 tahun dan sudah menjadi dosen. Waktu itu aku mendapat tugas pada mata kuliah listening / sekaligus bertugas di Language-Lab. Bisa kebayang penampilanku waktu itu; kurus, item, katrok, norak, hidup lagi! Yang pasti banyak pelajaran yang aku peroleh selama setahun menjadi dosen (Thanks for AKPINDO- Kalimalang)


2.    Stm ristek (tahun 1993-1994)

Karena tidak memperpanjang kontrak di Akpindo, aku menerima penawaran sebagai guru di sebuah sekolah kejuruan di daerah Cakung, STM RISTEK KIKIN, sebagai guru bahasa Inggris. Di tempat ini aku jadi banyak tahu bagaimana kondisi pelajar di daerah pinggiran, STM khususnya. Seperti yang sering diberitakan di media massa, mereka memang tidak bisa lepas dari tawuran. Aku pernah merawat beberapa anak murid yang kena sabetan benda tajam, pada waktu mereka sedang menuju ke sekolah. Mereka biasa berantem di kereta, di bis, atau di tempat mereka berkumpul. What a mass!

       
3.    Smp cahaya sakti (tahun 1993-1994)

Sementara pagi mengajar di sekolah ini, siang dan sorenya aku mengajar di tempat lain, yakni di perguruan Cahaya Sakti, daerah Kampung Melayu. Waktu itu benar-benar crowded, karena jumlah jam mengajar yang banyak, aku harus kejar-kejaran dengan Metromini demi memenuhi kewajiban dari sekolah-satu ke sekolah yang lain.
Di SMP Cahaya Sakti ini aku juga banyak belajar tentang pentingnya hidup bersama, karena di sekolah ini terdiri dari berbagai latar belakang. Banyak anak-anak habib di Kampung Melayu bersekolah di sini, bercampur dengan anak-anak keturunan Tionghoa yang beragama Konghucu, atau Kristen. Tapi dengan perbedaan keturunan dan agama justru membuat pergaulanmereka menjadi lebih hidup.

4.    Smea cahaya sakti (tahun 1993-1994)

Sore hari setelah mengajar di SMP, aku juga mendapat jam untuk mengajar Bahasa Inggris di SMEA-nya, yang lokasinya masih satu kampus dengan SMP Cahaya Sakti.
Di sini aku juga banyak mendapat pengalaman, kalo pada pagi hari aku mengajar di STM yang notabene muridnya hamper semua cowok, kalo sore aku mengajar di SMEA yang hampir semua muridnya cewek. Dan sebagian besar dari murid-murid SMEA ini keturunan Tionghoa. Jadi kalo pagi mengajar pribumi, kalo siang dan sore seperti mengajar di Beijing. But, that was my life. So nice and colorful. Thanks God for giving me such a chance!!

5.    Sdi al-azhar 5 – kemandoran (tahun 1994-2000)

Atas informasi dari beberapa teman, dan sebagai niatan untuk belajar agama, maka aku memutuskan untuk melamar di Perguruan Al-Azhar. Setelah di tes dengan nilai yang tidak meyakinkan, khususnya dalam agama, hehehe… maklum dari latar belakang abangan-jawa, maka aku pun diterima mengajar di salah satu sekolah Al-Azhar. Banyak hikmah dan pelajaran saya mengajar di sini, walaupun waktu itu sebenarnya tidak sesuai dengan keinginanku yang kepingin ngajar di SMP saja. Tapi karena yang sedang butuh guru adalah di SD, ya sudah akupun menjadi guru SD. Mengajar banyak sekali mata pelajaran karena sebagai guru kelas 3. Aku harus mengajar Matematika, IPS, PLKJ, menggambar, kesenian, dan sebagianya. Aku tidak begitu mempersalahkan, yang penting aku bisa belajar agama.

6.    Sdi al-azhar 15 – pamulang (tahun 2000-2004)

Karena aku mengambil rumah BTN di daerah Pamulang, maka aku pun memutuskan untuk minta mutasi di SDIA Pamulang. Beberapa tahun di sini banyak hal yang menarik dan banyak hal yang bisa menjadi pelajaran hidup.

7.    Sdi al-azhar 30 – bandung (tahun 2004-2005)
Salah satu hal yang paling tidak terduga ketika aku mendapat kepercayaan untuk memimpin salah satu sekolah Al-Azhar yang baru di buka di Bandung. That was surprise, karena aku belum pernah menjadi pemimpin. Boro-boro jadi Kasek, jadi Wakil aja belum pernah. Tapi karena dipercaya, aku pun mengikuti perintah tugas dari Bapak-bapak di YPIA. I was a principal, ya aku menjadi seorang Kepala Sekolah untuk pertama kali dengan masa tugas 4 tahun. Tapi karena kondisi keluarga yang masih perlu pendamping, karena waktu itu istri sedang mengandung anak ketiga sedang anak pertama baru kelas satu, dan anak yang kedua baru setahun. Tentu kebayang bagaiamana repotnya istri yang cuma seorang diri di rumah. Maka setelah menyiapkan pengganti di Bandung, akupun minta dipercepat agar bisa bertugas kembali di Jakarta, sukur-sukur Pamulang.

8.    Sdi al-azhar 15 – pamulang (tahun 2005-2011)

Doaku terkabul. Allah mendengarnya karena Dia kasihan pada hamba yang papa dan hina ini, ihikkkss. Setelah setahun di Bandung, akupun ditugaskan kembali ke SDAI 15 – Pamulang, sebagai Deputy of Head Master atau Vice Principal. Aku tidak menolak itu, karena sebenarnya permohonanku kepada Bp-bp Pengurus YPIA, jadi guru pun tidak masalah, yang penting bisa dekat dengan keluarga. But, that was my destiny. Di sini aku belajar untuk memimpin sebuah lembaga denga segala lika-likunya. So many things to learn and to enjoy. Banyak cerita duka dan suka, sampai akhirnya pada hari ini, kembali cerita harus berkelok, berliku dengan indah… I have to say good bye to all…!

9.    Sdi al-azhar 17 – bintaro (tahun 2011 - ….. )
I don’t know what will happen, but I believe in my destiny, ‘cause Allah will be beside me, always and forever.
So, everybody…. Wish me luck!!!!