Senin, 01 Agustus 2011

FACEBOOK KEREN ALA TUKANG MIE

Kejadian ini bermula ketika secara tak sengaja aku berpapasan dengan tukang Mie
Ayam keliling yang biasa beredar di depan rumah.

Siang itu, kulihat dia tengah berasyik masyuk di pinggir jalan, cekikikansambil
melihat sesuatu yang ada di tangannya.Bahkan saking asiknya, gerobak mie ayam
itu ditinggalkannya begitu saja,seakan mengundang pemulung jail untuk
mengangkutnya.

Karena penasaran, diriku pun bertanya”Mas Jason (panggil saja demikian, karena
dia sering dipanggil Son ama pelanggannya “Son.. mie ayamnya siji maning
sooon..”), sedang apa kok asik bener di pojokan?” tanyaku.
“Eh mas ganteng…( satu hal yang aku suka dari Jason adalah : Orangnyasuka
bicara Jujur!), ini mas, lagi update status!!…”

WADEZIG!!

“weehhh… njenengan fesbukan juga to??” tanyaku heran.
“Ya iyalah mas… hareee geneee ga fesbukan?!.. .Lagian kan lumayan juga buat
menjaring pelanggan lewat fesbuk, kata pak Hermawan Kertajaya kan dalam
berdagang kita harus selalu melakukan diferensiasi termasuk dalam hal pemasaran
mass.. “

GLEK!! kalah gw. Gw yang sering naik Kereta ke jawa aja gak tau kalo ada yg
namanya Hermawan Kereta Jaya???

“emang mas statusnya apa?” tanyaku penasaran.
“nih mas aku bacain : Promo Mie Ayam, beli dua gratis satu mangkok, beli tiga
gratis nambahkuah, beli empat gratis timbang badan… takutnya anda
obesitas…segera saya tunggu di gang Jengkol, depan tengkulak Beras Mpok Hepi.
Mie Ayam Jason : Melayani dengan Hati… ampela, usus dan jeroan ayamlainnya..

“GUBRAK!!Dua kosong untuk mas jason…

Gw yg uda lama fesbukan aja ga bisa bikin status se atraktif dia..Tapi ada yg
aneh pas kulirik ke henpon yang dia pake aku kira henponnya blekberi atau
minimal nokia seri baru yang uda bisa pake internetan. Selidik punya selidik,
ternyataa… henponnya lawas bin jadul…HP yang masih monokrom, suara belum
poliponik, dan masih pake antena luar kayak radio AM.

“mas, tapi kok bisa update fesbuk pake henpon sederhana gitu? (bahasahalusnya
henpon lawas)Gimana caranya??
“Owwh.. gampang mas, saya tinggal nulis statusnya lewat SMS lalu kirim ke Tri?
jawab dia datar
“Ohh.. mas nya pake Kartu Three ya? Yang gratis internetan itu?”"
“Bukaaaan……………….. mas, Tri itu lengkapnya Tri Ambarwati… Dia itu
pacar saya, sama-sama dari Tegal, yang kerjaannya jagain Warnet 24Jam! Jadi kalo
butuh update, tinggal sms dia aja nanti dia yang gantiin status saya, Lha wong
dia tiap hari di depan komputer jagain warnet. Paling sebagai balesannya saya
gratisin mie ayam seminggu sekali… murah to…

“Mendadak kepalaku pusing. Bagaikan menderita dehidrasi akut sekaligus
hipotermia tingkat tiga, aku limbung mendengar jawaban spektakuler dari mas
jason… BRUK!!

“lho mas.. mas… jadi beli mie ayam ndak….kepriben iki?”

MAU UPDATE STATUS GRATIS
PAKE TRI
MAU???

-

Sumber : Milis TDA

KEPRIBADIAN MANUSIA DILIHAT DARI STATUSNYA DI FACEBOOK

1. Manusia Super Update
Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.

Contoh :

“Lagi makan di restoran A..”

“Dalam perjalanan menuju neraka..”

“Saatnya baca koran..”

-

2. Manusia Melankolis
Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.

Contoh :

“Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..”

“Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..”.

-

3. Manusia Tukang Ngeluh
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.

Contoh :

” Jakarta maceeet..!! Panas pula..”

“Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil…sialan. .!!”

“Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do’ i..”

-

4. Manusia Sombong
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.

Contoh :

“Otw ke Paris ..!!”

“BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..”

“Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow”

-

5. Manusia Puitis
Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.

Contoh :

“Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan”

“Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi”

“Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu”.

-

6. Manusia Lebay
Updatenya selalu bertema ‘gaul’ dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..
Contoh..” met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah… xixiixi” << lol~

-

7. Manusia Terobsesi
Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.
Contoh : “duwh… sesi pemotretan lagi! cape…”

-

8. Manusia Sok Tau
Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.
Contoh : “Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla…bla…bla,”

-

9. Bioskop Mania
Update film yang abis ditonton dan kasih comment..

Contoh :

“ICE AGE 3..Recomended! !”

“Transformers 2 mantab euy..”

-

10. Manusia pedagang
Contoh: “jual sepatu bla bla bla”

-

11. Manusia penyuluh masyarakat
Contoh: “jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla”

-

12. Manusia Alay
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.

Contoh : Alay 1 : “DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!”

Alay 2 : “km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? “

Alay 3 : “Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!”(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikirdulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)

-

13. Tipe Hidden Message
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..

Contoh :

“For you my M***, I can’ t live without you..you are my bla bla bla..”

“Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo..” (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. .. mana bisa baca…:p)

-

14. Tipe Misterius
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan Subjek + Predikat + Objek + Keterangan.

Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya mengundang kontroversi.

Contoh :

“Sudahlah..”

“Telah berakhir..” (apanya??)

“Termenung.. .” (so what gitu, loh)

-

Sumber : Jalan Melulu

AWAS HINDARI HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA (LUCU)

Hal-hal yang membatalkan puasa:

1. MENYENTUH
Menyentuh-nyentuh gelas berisi air dan kemudian kita bawa ke kolong tempat tidur
kemudian meminumnya.

2. TIDUR SIANG
Saat tidur siang kita seolah olah bermimpi minum es buah padahal kita benar
benar sedang minum es buah sembari tidur.

3. MELOMPAT-LOMPAT
Sedangkan jika kita melompat-lompat tetapi sambil ngemil makanan tentu saja akan
membuat puasa kita batal.

4. BERLARI SEKUAT TENAGA.
Hal ini juga membatalkan puasa jika sebelum bedug magrib dengan sekuat tenaga
anda lari ke warung es cendol suronatan dan minta semangkok kemudian meminumnya.

5. BERTERIAK-TERIAK WAKTU SIANG HARI.
Berteriak-teriak waktu siang hari juga membatalkan puasa, jika anda lakukan
sambil makan soto pak Tomo.

6. MEMPERBAIKI KOMPUTER YANG RUSAK.
Memperbaiki komputer yang rusak di rumah seseorang dan sesorang tersebut memberi
anda sebotol minuman dan kemudian anda meminumnya maka puasa anda juga menjadi
batal.

7. MEMBACA BUKU PELAJARAN.
Membaca buku pelajaran tetapi di dalam buku pelajaran tersebut terdapat beberapa
butir kwaci dan anda kemudian memakannya.

8. DUDUK.
Duduk sambil makan nasi Pecel + peyek teri + sembukan + bongko + empal adalah
dapat membatalkan puasa.

9. MEMBACA Tulisan ini
Membaca rulisan ini sehingga anda memikirkan makanan/minuman dan anda kemudian
memakan/meminumnya dengan sadar juga membuat kita batal dalam berpuasa.

-

Sumber : KRL Mania

TV POOL - PRES SBY

Friday, 17 April 2009 04:59
Oleh: Dandhy D Laksono, freelance journalist

Sumber : JakartaBeat.net

————-

Sekitar pukul sebelas malam (Kamis, 16 April 2009), RCTI menyiarkan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, berdurasi 20-an menit dalam program bertajuk “Presiden Bicara”. Isinya klarifikasi SBY sebagai Kepala Negara atas tudingan berbagai pihak bahwa rezimnya telah bertindak curang dalam pemilihan umum legislatif, 9 April lalu.

Dalam pidato itu, SBY juga membabat habis argumen para lawan politiknya yang menuding pemerintah berada di balik kacaunya Daftar Pemilih Tetap (DPT). Juga mematahkan tudingan bahwa Pemilu 2009 adalah pemilu terburuk setelah reformasi.

Di saat yang nyaris bersamaan, ternyata hampir semua stasiun televisi seperti TPI, Trans TV, ANTV, Indosiar, dan TV One juga menayangkan pidato yang direkam di Istana Negara siang harinya itu. TPI—satu grup dengan RCTI di bawah bendera MNC—bahkan mengemasnya dalam “Breaking News”.

Breaking news atau di media cetak dikenal dengan stop press biasanya dipakai untuk jenis berita yang benar-benar mendesak untuk disiarkan. Misalnya, malam itu Presiden SBY mengumumkan penurunan harga BBM saat TPI sedang memutar sinetron, maka bisa saja program itu dihentikan untuk menyiarkan hal itu. Atau ada bencana besar seperti gempa bumi dan tsunami.

Karena itu, sulit membayangkan mengapa redaksi TPI masih nekat menggunakan breaking news untuk sebuah pidato yang sudah disiarkan televisi lain sekitar lima jam sebelumnya.

Stasiun televisi lain yang dimaksud adalah SCTV. Stasiun milik keluarga pengusaha Sariaatmadja itu sudah menayangkan pidato SBY sejak sore di program Liputan 6 Petang, jam 17.30 – 18.00 WIB. Program berita yang durasinya hanya 30 menit itu didominasi pidato SBY sehingga hanya tersisa 1-2 item berita saja setelah adzan maghrib.

Usut punya usut ternyata tim SCTV-lah yang merekam pidato itu, dan hasil rekamannya dibagi-bagikan kepada ruang redaksi televisi lain. Komposisi kamera yang seragam setidaknya menguatkan hal ini.

Singkat kata, fenomena ini seperti TV pool di mana semua saluran televisi telestrial menyiarkan program yang sama di waktu yang hampir bersamaan. Secara teori, TV pool hanya bisa digerakkan oleh dua hal saja: pemasang iklan komersial dan alasan sosiologis-politis.

Saat Tien Soeharto meninggal pada April 1996, misalnya, semua televisi terkena “wajib relay”. Pusat kontrol siaran saat itu berada di RCTI, langsung di bawah pengawasan pengusaha Peter Gontha.

TV pool memang memerlukan koordinasi terpusat. Di masa Orde Baru barangkali tidak sulit mengorganisasi TV pool karena pemiliknya relatif sama: keluarga dan kroni Cendana.

Tapi kini tentu tingkat kesulitan politisnya lebih tinggi. Dibutuhkan sebuah super-body untuk bisa menggerakkan ruang-ruang redaksi televisi yang pemiliknya sudah relatif beragam ini. Dibutuhkan invisible hand yang mampu meng-gerilya para pengambil kebijakan di redaksi agar menyediakan durasi yang mahal itu, untuk memutar 20 menit pidato SBY.

Dalam struktur televisi, pemimpin redaksi tidak punya otoritas untuk menghentikan tayangan sinetron tanpa persetujuan direktur progam atau direktur utama, betapa pun informasi itu memiliki nilai berita tinggi. Karena itu, bisa dipastikan bahwa penayangan pidato SBY secara serentak Kamis malam, digerakkan oleh instruksi yang datangnya dari otoritas yang lebih tinggi. Dalam kalimat langsung: para pemilik televisi lah yang mengotorisasi tayangan tersebut.

Apakah para pemilik televisi membuat konsensus atau hanya menjalankan perintah top down dari Istana? Itulah yang mesti dicari tahu.

Apa Salahnya ‘TV Pool’?

Lantas apa yang salah dengan siaran serentak pidato presiden?

Ini adalah masalah kaidah-kaidah jurnalistik yang ditabrak beramai-ramai oleh para pengelola stasiun televisi. Liputan 6 Petang SCTV, misalnya, mengalokasikan 20 menit lebih dari (hanya) 30 menit program beritanya untuk pidato SBY.

Dus itu berarti, ada lusinan berita lain yang dipangkas, dan berita-berita itu pastilah menyangkut kepentingan publik seperti flu Singapura, perkembangan ketegangan di Papua, gempa di Mentawai atau perkembangan kasus-kasus korupsi yang sedang ditangani KPK.

Publik membutuhkan informasi lain selain urusan pemilu dan konflik para elit politik. Dan ini yang dengan sengaja diabaikan.

Tapi baiklah, mungkin saja redaksi SCTV menganggap 20 menit pidato itu isinya memang penting semua dan memiliki kandungan nilai berita tinggi (news value), sehingga tidak perlu di-edit atau dicuplik bagian-bagian tertentu, melainkan digelundungkan begitu saja.

Demikian juga dengan kebijakan redaksi televisi lain. Saking tingginya nilai berita pernyataan SBY itu, sampai-sampai tidak sabar menunggu program berita regular malam atau pagi harinya, dan harus disampaikan saat itu juga, tanpa editing.

Tapi argumen ini tetap tidak bisa diterima secara jurnalistik. Selain janggal dari sisi alokasi durasi, ‘TV pool’ pidato SBY juga tidak mencerminkan sikap media yang obyektif dan imparsial.

Dalam konteks kisruh hasil DPT atau tudingan kecurangan pemilu, pemerintah (dalam hal ini presiden) hanyalah salah satu pihak dari sekian banyak pihak seperti KPU, Bawaslu, parpol peserta pemilu, organisasi non pemerintah pemantau pemilu, dan (terutama) para pemilih.

Apalagi, Presiden SBY sendiri-lah yang menyatakan dalam pidatonya malam itu, bahwa pemerintah bukanlah penanggung jawab pemilu, melainkan KPU. Bila demikian, lalu di mana letak nilai berita pidato SBY untuk mendapatkan durasi sepanjang itu?

Secara jurnalistik, semua pihak harus dipandang sejajar. Tidak ada yang lebih tinggi kastanya antara satu dengan yang lain. Opini Prabowo atau Megawati tentang kekacauan DPT, secara substansi memiliki bobot yang sama dengan keluh kesah (maaf) tukang becak bernama Bejo yang tidak bisa memilih karena tidak terdaftar. Juga sama bobotnya dengan pembelaan KPU, kritisisme Bawaslu, atau penjelasan Depdagri dan pemerintah.

Maka, bila SBY diberi durasi 20 menit di sebuah program berita reguler atau program khusus seperti di SCTV, RCTI, Trans TV, dan TPI, bagaimana bila para stake holder yang lain juga menuntut hal yang sama?

Katakanlah 10 elit parpol esok atau lusa menunjuk satu juru bicara untuk membalas argumen-argumen SBY, apakah stasiun televisi itu akan melakukan kebijakan yang sama? Atau akan memilih-milih yang dianggap penting saja, dan membungkusnya di program berita biasa?

Bagaimana pula bila Ketua KPU yang akan memberikan penjelasan rinci dan panjang lebar. Adakah ruang untuknya, sama seperti ruang untuk Presiden SBY?

Proporsionalitas tentu bukan soal durasi yang sama, tapi apakah pihak lain sudah mendapat kesempatan untuk mengutarakan semua perspektifnya. Inilah yang sangat diragukan bisa dilakukan secara adil oleh para pengelola televisi. Sama meragukannya dengan apakah Metro TV bisa memberikan porsi yang sama kepada pimpinan partai lain, selain menayangkan pidato-pidato politik Surya Paloh yang juga politikus Golkar.

Ini bukan soal siapa menjadi pemilik media apa. Stasiun-stasiun televisi itu menggunakan gelombang frekuensi yang sebenarnya adalah domain publik. Karena itu, industri televisi diatur sedemikian rupa melalui Undang Undang Penyiaran, Kode Etik Jurnalistik (Dewan Pers), maupun Pedoman Perilaku Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Maka, publik sangat berhak mengkritisi apa yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi terestrial itu.

Permainan Politik Pemilik Televisi

Sulit untuk tidak menduga bahwa ‘TV pool’ pidato SBY adalah buah dari patronase politik yang sedang dijalankan para bos-bos televisi yang merasa perlu merapat ke Istana. Tekanan dari Istana agar menyiarkan ini dan itu tidak akan terlalu banyak berpengaruh andai para pemilik media dan para elit redaksi memiliki dignity dan independensi.

Hubungan politik dan ruang redaksi televisi sebenarnya bukan barang baru. Pergantian direksi TVRI selalu diwarnai kericuhan karena terjadi tarik-menarik kepentingan hingga di DPR. Karyawan TVRI di masa Orde Baru adalah juga kader Golkar.

Pada tahun 2003, Wakil Pemimpin Redaksi RCTI, Ivan Haris, mengundurkan diri karena menganggap stasiun televisi itu tidak independen dengan mengangkat pemimpin redaksi yang diduga akan mengusung kepentingan partai politik tertentu.

Tentu saja tudingan itu dibantah berbagai pihak. Tetapi, entah berhubungan atau tidak, sang pemimpin redaksi yang dipersoalkan itu memang diganti setelah Pemilu 2004 usai.

Tugas jurnalisme bukan mengakomodasi tafsir-tafsir politik sepihak semacam ini dengan menyediakan durasi berapa pun yang diminta negara atau yang mewakilinya. Jurnalisme tidak terikat dengan jargon-jargon semacam ini.

Tugas jurnalisme adalah memastikan apakah semua perspekif sudah terwakili sehingga penilaian salah benar akan ditentukan oleh publik. Jurnalisme tidak terikat dengan patriotisme kewilayan NKRI melebihi, misalnya, nilai-nilai kemanusiaan universal dan fakta-fata lapangan tentang pelanggaran HAM.

Pasal 9 Pedoman Perilaku Penyiaran menyebut, “lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan (imparsialitas)”.

Oleh pasal 11 ditandaskan bahwa “lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil”.

Sementara di Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers pasal 1 menyebut, “wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”.

Saking pentingnya prinsip ini, Dewan Pers menempatkannya di pasal 1, melebihi pasal lain. Dan tidak ada satu pun pasal dalam kedua aturan itu yang membolehkan hal tersebut dilanggar dengan pengecualian untuk kepentingan pemerintah atau tentara. Pengecualian hanya untuk kepentingan publik.

Seperti halnya profesi dokter yang menolong siapa pun yang terluka akibat perang, jurnalis tidak terikat dengan klaim-klaim politik siapa pun, baik formal kenegaraan maupun informal pinggir jalan.

Pemberitaan yang berimbang tentu tidak berarti harus memberikan porsi durasi yang sama, melainkan bagaimana semua perspektif telah diwakili. Namun durasi 20 menit hanya untuk satu versi, jelas mengindikasikan ketidakberimbangan yang telanjang.

Bila presiden merasa selama ini dirinya dimarjinalkan dalam pemberitaan seputar kisruh DPT dan tudingan kecurangan pemilu, maka ada 1001 cara untuk merespon hal tersebut, dan tidak perlu dengan gaya Orde Baru yang mendikte ruang-ruang redaksi televisi untuk menayangkan versinya sendiri

Kita perlu menanti apakah Dewan Pers atau Komisi Penyiaran Indonesia cukup bertaring untuk mempersoalkan dan menjatuhkan sanksi kepada stasiun-stasiun televisi dalam kasus ini. Dan tidak hanya tegas dalam kasus Thukul Arwana dengan Empat Matanya atau almarhum Lativi dengan program Smack Down-nya.

About the author:
Dandhy Dwi Laksono adalah seorang freelance journalist. Pernah bekerja di berbagai media, baik cetak maupun eletronik. Ia pernah menjadi produser berita di radio dan juga stasiun TV swasta.