Sabtu, 04 Februari 2012

MAULID (part 2) : AKHLAQ RASULULLAH




        "Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu baginda bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa biji buah limau sebagai hadiah untuk baginda. Cantik sungguh buahnya. Siapa yang melihat pasti terliur. Baginda menerimanya dengan senyuman gembira. Hadiah itu dimakan oleh Rasulullah SAW seulas demi seulas dengan tersenyum. Biasanya Rasulullah SAW akan makan bersama para sahabat, namun kali ini tidak. Tidak sepotong pun limau itu diberikan kepada mereka. Rasulullah SAW terus makan. Setiap kali dengan senyuman, hinggalah habis semua limau itu. Kemudian wanita itu meminta diri untuk pulang, diiringi ucapan terima kasih dari baginda. Sahabat-sahabat agak hairan dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya.
        Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan "Tahukah kamu, sebenarnya buah limau itu terlalu masam semasa saya merasainya kali pertama. Kiranya kalian turut makan bersama, saya bimbang ada di antara kalian yang akan mengernyitkan mata atau memarahi wanita tersebut. Saya bimbang hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya."
      Begitulah akhlak Rasulullah SAW. Baginda tidak akan memperkecil-kecilkan pemberian seseorang biarpun benda yang tidak baik, dan meskipun bukan dari orang Islam pula. Wanita kafir itu pulang dengan hati yang kecewa. Mengapa? Sebenarnya dia bertujuan ingin mempermain-mainkan Rasulullah SAW dan para sahabat baginda dengan hadiah limau masam itu. Ternyata tipu dayanya tidak berhasil. Rancangannya di'tewas'kan oleh akhlak mulia Rasulullah SAW.





RASULULLAH DIUNDANG MAKAN OLEH SEORANG BUDAK
      Rasulullah SAW mempunyai akhlak yakni tidak pernah mau mengecewakan orang lain. Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa seorang wanita ( Barirah RA) seorang budak wanita miskin dari Afrika, ia ingin mengundang Rasul SAW.
      Hajatnya itu timbul karena ia diberi makanan oleh salah seorang sahabat berupa makanan yang sangat enak, maka itu ia tidak berani memakannya walaupun ia sendiri ingin mencicipinya, karena seumur hidup dia belum pernah merasakan makanan itu.
      Barirah yang susah ini pun datang mengundang Rasul SAW ke rumahnya, maka Rasul SAW datang bersama para sahabat untuk menyenangkan Barirah RA, seorang budak wanita yang miskin itu. Rasul SAW tidak ingin mengecewakan wanita itu.

     Para sahabat melihat makanan yang sangat enak dan mahal itu, mereka berpikir tidak mungkin Barirah membelinya sendiri, maka berkatalah para sahabat :
“Yaa Rasulallah barangkali ini adalah makanan zakat, sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan shadaqah , kalau bukan makanan zakat ya makanan shadaqah, tentunya kau tidak boleh memakannya”…

      Berubahlah hati Barirah dalam kekecewaan, hancur hatinya dengan ucapan itu. Walau ucapan itu benar bahwa Rasul SAW tidak boleh memakan shadaqah dan zakat, namun ia tidak teringat akan hal itu karena memang ia di sedekahi makanan ini.
Hancur perasaan Barirah RA dan bingung juga risau dan takut serta kecewa dan bingung karena sudah mengundang Rasul SAW untuk makan makanan yang ternyata diharamkan pada Rasulullah SAW.

      Namun sebagaimana manusia yang paling indah budi pekertinya dan bijaksana, maka Rasul SAW berkata : “ Makanan ini betul shadaqah untuk Barirah dan sudah menjadi milik Barirah, Barirah menghadiahkan kepadaku maka aku boleh memakannya “dan Rasul SAW pun memakannya.

      Demikianlah jiwa yang paling indah tidak ingin mengecewakan para fuqara’, maka beliau pun menyantap makanan sedekah dari Barirah itu.

“Dan sungguh engkau ( Muhammad SAW ) berada pada akhlak yang agung”.




KELEMBUTAN SANG RASUL
         Nabi Muhammad, sosok manusia yang penuh kelembutan. Beliau sering diludahi, dikatakan gila, dilempari kotoran hewan, dan lain sebagainya.
Pernah ada seorang laki-laki yang apabila Nabi lewat depan rumahnya, ia selalu meludahi Nabi. Terus begitu setiap hari. Suatu hari, Nabi lewat depan rumahnya seperti biasa.
       Pada suatu hari beliau heran, karena beliau tidak mendapati laki-laki tersebut meludahinya. Maka bertanyalah beliau kepada tetangga laki-laki tersebut.
Rupanya laki-laki itu sedang sakit.
Apakah nabi Muhammad merasa senang? Nabi Muhammad justru bertamu ke rumah laki-laki itu untuk menjenguk dan menghibur laki-laki itu.
Maka kagumlah laki-laki itu akan akhlaq beliau. Nabi Muhammad bukanlah sosok yang mudah marah jika dihina. Beliau hanya marah jika seseorang menghina Allah.

(sumber : kisah-kisah teladan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar