Rabu, 31 Agustus 2011
LEBARAN ANEH DI INDONESIA
Satu bulan melalui Ramadhan, akhirnya tiba juga waktu di ujung senja pergantian bulan. Sebagai penanda akan berlalunya Ramadhan dan menjelangnya awal bulan Syawal, hari perayaan kemenangan manusia beriman melawan nafsu dan godaan. Tidak banyak yang menyadari bahwa 11 bulan berikut inilah peperangan melawan godaan dan hawa nafsu yang sebenarnya, Ramadhan hanya sebagai bulan latihan, itulah kenapa semua ahli agama sepakat bahwa parameter takwa tidak dapat dilihat di akhir Ramadhan, tapi terlihat di 11 bulan berikutnya.
Diluar semua itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, gegap gempita menyambut lebaran semakin tahun semakin terasa meriah. Adalah pemandangan yang biasa jika kita menjumpai keadaan pasar yang semakin ramai dan semakin ramai lagi menjelang lebaran. Bapak-bapak mulai mengrenyitkan dahi melihat daftar belanja istrinya, dan ibu-ibu semakin hari menjadi semakin sibuk dan sedikit bingung karena segala persiapan terasa kurang, tidak perduli dan tidak menyadari dengan terlalainya Ramadhan, semua digiring dalam euforia lebaran, baju baru, kue-kue, dan segudang perangkat kemeriahan lainnya.
Tapi ada yang tidak biasa dengan lebaran di tahun ini, wa bil khusus di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Keanehan dan kelucuan terus tampil baik dari para pemuka agama dan masyarakat awam. Berikut beberapa yang terlihat di media maupun dari pengalaman pribadi labaran ini:
Entah dimana letak salahnya, pemerintah menerbitkan kalender tahun 2011 dengan warna merah di tanggal 30-31 Agustus sebagai tanggal 1-2 Syawal 1432H atau hari libur lebaran idul fitri. Tapi ketika waktu bergulir ke tanggal itu, pemerintah sendiri yang menyangkal dengan menggeser hari lebaran ke tangal 31 Agustus. Masih pula di sangkal bahwa itu tidak masalah, toh 31 Agustus juga tanggal merah. Sementara Muhammadiyah yang sedari awal Ramadhan telah kukuh mengumumkan bahwa 1 Syawal tiba di tanggal 30 tetap mempertahankan pendapatnya.
Perbedaan, tentu bukan sekali ini terjadi. Tapi pembatalan tanggal merah lebaran sepertinya baru kali ini. Banyak, kalau tidak bisa dikatakan hampir semua rakyat Indonesia telah yakin bahwa di tanggal 30 Agustus itulah akan berlebaran karena memang pemerintah telah memberi warna merah di tanggal tersebut. Cerita massal tentang saudara-saudara kita yang kecele, sudah kadung masak dan siap takbiran tapi urung lebaran menjadi kelucuan tersendiri. Banyak yang tidak menyangka bahwa mereka harus bengun sahur dan puasa 1 hari lagi sementara kue dan opor telah pula siap di meja makan.
Muhammadiyah, lagi-lagi dituding sebagai provokator semua ini, padahal kalau dilihat yang berlebaran hari Selasa tanggal 30 Agustus ini bukan hanya Muhammadiyah. Hizbut Tahrir misalnya, bahkan banyak pesantren non Muhammadiyah dan non Nu memilih lebaran tanggal 30. Padahal kehebohan ini sedikit banyak diciptakan pemerintah sendiri, padahal lagi di dunia ini, hanya 4 (empat) negara saja yang pemerintahnya menetapkan berlebaran di hari Rabu, yaitu Indonesia, Selandia Baru, Oman dan Afrika Selatan. Sumber lain menyebutkan Tanzania juga berlebaran hari Rabu.
Pasar tradisional 30 Agustus 2011. Pagi-pagi keadaan begitu sepi seperti suasana lebaran, hanya beberapa pedagang terlihat membuka toko. Dan tidak diduga tidak dinyana, semakin siang pasar kembali ramai seperti keadaan pasar sebelum lebaran. Ada lagi yang menggelar daging, ayam dan kebutuhan lebaran lainnya.
Dan kabar awam yang menjadi korban kebingungan pun terdengar. “Saya terpaksa membatalkan puasa karena sekeliling saya sudah tidak ada lagi yang berpuasa, karena katanya puasa di hari lebaran itu haram” Tulis seorang teman di dunia maya. Padahal ketika ditanya kapan mereka akan belebaran, dengan yakin dia menjawab akan sholat ied besok pagi. Inikah pendewasaan umat seperti yang disebut pemuka negeri ini? Heh..!
Di level atas, para pemuka agama menghimbau masyarakat untuk tidak gontok-gontokan, untuk dewasa dalam bersikap, mengutamakan dialog dalam mengambil keputusan. Tapi lain yang dihimbaukan, lain pula yang mereka pertontonkan. Suasana sidang isbat yang berlangsung sedikit panas bisa disaksikan semua masyarakat. Diluar itu ketika keputusan telah diambil, masing-masing bicara di media mengunggulkan sistem hitungan yang mereka gunakan. Bahkan beberapa orang yang sudah melihat hilal pun ditolak (nampaknya para pemuka ormas itu lupa sejarah pada jaman Rasulullah tentang kisah orang Baduy)
Penampakan hilal adalah hal yang sangat vital dalam menentukan awal tiap-tiap bulan dalam kalender Hijriah. Wabil khusus untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Menurut sejumlah lembaga internasional yang memantau penampakan bulan pada Senin, 29 Agustus 2011 dengan menggunakan berbagai perangkat teknologi yang reliable dan precise, keberadaan bulan sudah terlihat di ufuk timur pada Senin sore dan petang.
Islamic Crescents' Observation Project, misalnya, telah mengeluarkan peta dunia yang memperlihatkan kedudukan hilal pada Senin malam. Dengan demikian, menurut organisasi ini, tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011.
Begitu juga dengan Moonsighting.Com yang seperti ICO Project berusaha membantu umat Muslim di dunia mendekati urusan intip-mengintip hilal dengan penerapan teknologi canggih.
Dalam laman Moonsighting.Com disebutkan bahwa hanya ada empat negara yang merayakan Lebaran pada hari Rabu, 31 Agustus 2011. Keempat negara itu adalah Indonesia, Selandia Baru, Oman, dan Afrika Selatan. Kesemuanya mengandalkan pada pengamatan hilal di level lokal.
Sementara itu, negara-negara lain yang memiliki umat Islam dalam jumlah signifikan merayakan Lebaran di hari Selasa. Kebanyakan dari kelompok negara-negara ini mengikuti keputusan Saudi Arabia yang menggunakan teknologi canggih dalam memantau penampakan hilal, yakni negara-negara Eropa, negara-negara di jazirah Arab. Selain itu ada tiga negara yang menetapkan 1 Syawal dengan menggunakan metode hisab. Ketiganya adalah Amerika Serikat, Libya dan Malaysia.
Kembali ke Indonesia. Setelah sidang yang heboh itu, ada banyak saudara kita yang tidak lagi mau meneruskan puasa padahal tidak pula yakin bahwa lebaran telah tiba. Ada juga berita tentang kisruh sebelum sholat ied antara warga yang berbeda pendapat mengenai jatuhnya 1 syawal. Tampaknya masalah ini yang lebih penting untuk dibesar-besarkan di media dari pada terus menampilkan perselisihan pemuka agama, supaya terjadi pendewasaan dan penyadaran massal untuk menyikapi perbedaan, tidak hanya dari sudut toleransi tapi juga dari sisi syariah.
Yang pasti, walaupun pemerintah ragu-ragu dan bimbang untuk menetapkan Idul Fitri, tapi kami dengan tanpa ragu, memohon maaf dan menyampaikan salam :
Selamat Idul Fitri, kapanpun anda merayakannya..
Taqobalallohu minna wa minkum.. Minal aidhin wal faizin!!
Mohon dimaafkan lahir dan batin.
( some sources )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar