BIOGRAFI SANG NABI
===================
Muhammad (bahasa Arab: محمد,
juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan kadang-kadang oleh
orientalis Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini
oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut
biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia
lahir sekitar tahun 570 di Mekkah (atau “Makkah”) dan wafat pada 8 Juni
632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi
saat ini).
“Muhammad” dalam bahasa
Arab berarti “dia yang terpuji”. Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam
yang dibawa oleh Muhammad S.A.W adalah penyempurnaan dari agama-agama
yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar
Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu alayhi wasallam (صلى الله عليه و سلم,
yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan
kepadanya”; sering disingkat “S.A.W”) setelah namanya. Selain itu
Al-Qur’an dalam Surat Ash Shaff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama
“Ahmad” (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.
Michael H. Hart, dalam
bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh
sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya
orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama
maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan
terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan
pasukan Romawi di medan pertempuran.
Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah
bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr
(Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar
bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Dimana Adnan merupakan keturunan
laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.
Riwayat Kelahiran
Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad Para penulis sirah (biografi)
Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun
570 M. Nabi Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah
Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang
di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan.
Ayahnya,Sayyidina Abdullah[4], meninggal dalam perjalanan dagang di
Yastrib, ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan
harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Nabi Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab
mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta
mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh
sakit. Setelah beberapa hari, Siti Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang
terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[2] Setelah
ibunya meninggal, Nabi Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd
al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu
Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya
disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke
negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Nabi Muhammad
lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang
tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan arahan para Imam yang
merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir
pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa
ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
Masa remaja
Dalam masa remajanya,
diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad percaya sepenuhnya dengan keesaan
Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat
angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan
anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong
mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan
bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq
(yang benar) dan Al-Amin (yang terpercaya). Ia senantiasa dipercayai
sebagai penengah bagi dua pihak yang bertikai di kampung halamannya di
Mekkah.
Kerasulan
Gua Hira tempat pertama kali Nabi Muhammad memperoleh wahyu. Nabi
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang
dengan kekerasan dan pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira’,
sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An
Nur karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman
tersebut. Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada
Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Nabi Muhammad sedang bertafakur di Gua
Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan
menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab,
“Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar
Nabi Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama.
Akhirnya, Jibril
berkata:”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah,
yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad. Ketika
itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur
dalam jangka waktu 23 tahun 2 bulan 22 hari. Wahyu tersebut telah
diturunkan menurut urutan yang diberikan Nabi Muhammad, dan dikumpulkan
dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan).
Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya
diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian
ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Nabi Muhammad sendiri melalui
percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama
As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan
dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu
penganut agama Islam.
Selama tiga tahun
pertama, Nabi Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada
teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya
dan meyakini ajaran Nabi Muhammad adalah para anggota keluarganya serta
golongan masyarakat awam, antara lain Sayyidatina Khadijah, Sayyidina
Ali, Zayd dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Nabi Muhammad
mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab
seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman
bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung
membela Nabi Muhammad.
Akibat halangan dari
masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya,
disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh
pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus,
raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya
dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Nabi Muhammad
sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar
200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah.
Di Mekah terdapat
Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Masyarakat jahiliyah
Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan
tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam
kunjungan tersebut. Nabi Muhammad mengambil peluang ini untuk
menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah
sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi
Madinah). Mereka menemui Nabi Muhammad dan beberapa orang Islam dari
Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah
(Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya,
sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka
menemui Nabi Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin
Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut
hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam
Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Nabi Muhammad akhirnya setuju untuk
berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak
masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah
Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang
untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah
berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah
pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian
dikenal sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah,
pemerintahan (khalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Nabi
Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di
Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan
beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh
umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish.
Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish
dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah ( Futul Makkah )
Pada tahun ke-8 setelah
berhijrah ke Madinah, Nabi Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan
pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir
kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan
syarat Nabi Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Nabi Muhammad
menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia
menaklukkan Mekkah secara damai. Nabi Muhammad memimpin umat Islam
menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling
Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan
agama Islam di kota Mekkah.
Pernikahan
Selama hidupnya Nabi
Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat
mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Siti Khadijah
binti khuwalid r.a, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Siti
Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat
meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu
Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Kaligrafi Nabi Muhammad
dalam bentuk yang lebih sederhana Sepeninggal Istrinya Siti Khadijah,
Nabi Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia
menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar,
dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Nabi
Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total
sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal Nabi
Muhammad. Berikut Nama nama Istri beliau beserta alasannya Nabi Muhammad
menikahi nya :
1. Siti Khadijah Binti Khuwalid R.a,
ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun
dan Khodijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW
memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak
laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau
adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak
menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.
2. Saudah Binti Zam’ah R.a,
dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari
kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang
janda yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.
3. Aisyah binti Abu Bakar RA,
dinikahi oleh Rasulullah SAW bulan Syawal tahun kesebelas dari
kenabian, setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun dan lima
bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun dan tinggal
serumah di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9
tahun. Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi
seorang gadis selain Aisyah.
Dengan menikahi Aisyah,
maka hubungan beliau dengan Abu Bakar menjadi sangat kuat dan mereka
memiliki ikatan emosional yang khusus. Posisi Abu Bakar sendiri sangat
pending dalam dakwah Rasulullah SAW baik selama beliau masih hidup dan
setelah wafat. Abu Bakar adalah khalifah Rasulullah yang pertama yang di
bawahnya semua bentuk perpecahan menjadi sirna.
Selain itu Aisyah ra
adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi
dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan
urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.
4. Hafsoh binti Umar bin Al-Khotob RA,
beliau ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi,
kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau
menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khotob.
Dengan menikahi hafshah
putri Umar, maka hubungan emosional antara Rasulullah SAW dengan Umar
menjadi sedemikian akrab, kuat dan tak tergoyahkan. Tidak heran karena
Umar memiliki pernanan sangant penting dalam dakwah baik ketika fajar
Islam baru mulai merekah maupun saat perluasan Islam ke tiga peradaban
besar dunia. Di tangan Umar, Islam berhasil membuktikan hampir semua
kabar gembira di masa Rasulullah SAW bahwa Islam akan mengalahkan semua
agama di dunia.
5. Zainab binti Khuzaimah RA,
dari Bani Hilal bin Amir bin Sho’sho’ah dan dikenal sebagai Ummul
Masakin karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan
Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian
Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal
dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .
6. Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA,
sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut
meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan menngalkan dua
anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW
pada bulan Syawwal di tahun yang sama. Alasan beliau menikahinya adalah
untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut.
7. Zainab binti Jahsyi bin Royab RA,
dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW.
Sebelumnya ia menikahi dengan Zaid bin Harits kemudian diceraikan oleh
suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo?dah
tahun kelima dari Hijrah. Pernikahan tersebut adalah atas perintah Alloh
SWT untuk menghapus kebiasaan Jahiliyah dalam hal pengangkatan anak dan
juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut.
8. Juwairiyah binti Al-Harits RA,
pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza’ah. Ia merupakan tawanan perang yang
sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus
oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya’ban tahun ke
6 Hijrah. Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan
meraih simpati dari kabilhnya (karena ia adalah anak pemimpin kabilah
tersebut) dan membebaskan tawanan perang.
9. Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA,
sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya
ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashroni dan meninggal
di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya. Ketika
Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan
surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi
mengkhitbah Ummu Habibah melalu raja tersebut dan dinikahkan serta
dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah. Sehingga
alasan yang paling kuat adalah untuk menghibur beliau dan memberikan
sosok pengganti yang lebih baik baginya. Serta penghargaan kepada mereka
yang hijrah ke Habasyah karena mereka sebelumnya telah mengalami
siksaan dan tekanan yang berat di Mekkah.
10. Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA,
dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khoibar lalu Rasulullah SAW
memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan
Khoibar tahun 7 Hijriyyah. Pernikahan tersebut bertujuan untuk menjaga
kedudukan beliau sebagai anak dari pemuka kabilah.
11. Maimunah binti Al- Harits RA
, saudarinya Ummu Al-Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Ia adalah seorang
janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7
Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.
Dari
kesemua wanita yang dinikahi Rasulullah SAW, tak satupun dari mereka
yang melahirkan anak hasil perkawinan mereka dengan Rasulullah SAW,
kecuali Khadijatul Kubra seperti yang disebutkan di atas. Namun
Rasulullah SAW pernah memiliki anak laki-laki selain dari Khadijah yaitu
dari seorang budak wanita yang bernama Mariah Al-Qibthiyah yang
merupakan hadiah dari Muqauqis pembesar Mesir. Anak itu bernama Ibrahim
namun meninggal saat masih kecil.
Demikianlah
sekelumit data singkat para istri Rasulullah SAW yang mulia, dimana
secara khusus Rasulullah SAW diizinkan mengawini mereka.
Para ahli sejarah
antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar
pernikahan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai
dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat
itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan
pernikahan dengan perawan). Dan saya sendiri memberikan tambahan
pendapat kalau Nabi Muhammad saw menikahi mereka karena pertimbangan
kemanusiaan dan untuk kelancaran urusan dakwah.
Status dari beberapa
istri Muhammad menjadi sumber perdebatan dalam sejarah. Maria
al-Qibtiyya dikatakan seorang budak atau seorang budak yang dibebaskan.
Di sisi lain terdapat perdebatan tentang umur Aisyah saat dinikahi.
Sebagian besar referensi (termasuk sahih Bukhari dan sahih Muslim)
menyatakan bahwa upacara pernikahan tersebut terjadi diusia enam tahun,
dan Aisyah diantarkan memasuki rumah tangga Muhammad sejak umur sembilan
tahun. Sementara pada hadits lainnya dikatakan Aisyah pada umur belasan
tahun saat itu.
Sayyidatina Aisyah
Lahir sebelum nabi Muhammad saw diangkat sebagai nabi(610), Perbedaan
umur Siti Aisyah dan Siti Fatimah adalah sekitar 5 tahun. Siti Fatimah
lahir pada saat Ka’bah sedang dibangun(605). Maka diperkirakan Siti
Aisyah dipinang oleh Nabi Muhammad pada usia sekitar 12-15 tahun,
setelah Siti Khadijah wafat(622).
Terdapat perbedaan
pemahaman mengenai istilah “memasuki rumah tangga” Nabi Muhammad,
sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits-hadits sahih tersebut. Umumnya
umat Islam berpendapat bahwa perlakukan Aisyah sebagai istri terjadi
saat ia sudah mengalami menstruasi. Pendapat lain mengatakan bahwa
perdebatan mengenai umur Aisyah yang terjadi pada abad ke-7, yaitu saat
praktik pernikahan dengan anak adalah tradisi umum yang juga pernah
terjadi di India, China dan bahkan Eropa, yang kemudian dibawa ke abad
modern sehingga telah keluar dari konteks. Terlepas dari perdebatan
tersebut, tidak didapatkan informasi lain tentang umur pasti Aisyah saat
menikah.
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi
dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Nabi Muhammad diutus Allah untuk
menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan Nabi dan
Rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47,
23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani
Israil.
Sedangkan
persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama
mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah
atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Kronologi Kehidupan Muhammad
Tahun dan lokasi penting dalam hidup Muhammad dalam Tahun Masehi
‘569 Meninggalnya ayah, Abdullah
‘570 Tanggal lahir (perkiraan), 20 April: Makkah
‘570 Tahun Gajah, gagalnya Abrahah menyerang Mekkah
‘576 Meninggalnya ibu, Aminah
‘578 Meninggalnya kakek, Abdul Muthalib
‘583 Melakukan perjalanan dagang ke Suriah
‘595 Bertemu dan menikah dengan Khadijah
‘610 Wahyu pertama turun: Makkah
‘610 Ditunjuk sebagai Nabi: Makkah
‘613 Memulai menyebarkan Islam kepada umum: Makkah
‘614 Mendapatkan pengikut: Makkah
‘615 Hijrah pertama ke Habsyah
‘616 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim dan Muhammad mulai
‘619 Boikot Quraish terhadap Bani Hasyim dan Muhammad selesai
‘619 Tahun kesedihan: Khadijah dan Abu Thalib meninngal
‘620 Isra’ dan Mi’raj
‘621 Bai’at Aqabah pertama
‘622 Bai’at Aqabah kedua
‘622 Hijrah ke Madinah
‘624 Pertempuran Badar
‘624 Pengusiran Bani Qaynuqa
‘625 Pertempuran Uhud
‘625 Pengusiran Bani Nadir
‘626 Penyerangan ke Dumat al-Jandal: Suriah
‘627 Pertempuran Khandak
‘627 Penghancuran Bani Quraizhah
‘628 Perjanjian Hudaybiyah
‘628 Melakukan umrah ke Ka’bah
‘628 Pertempuran Khaybar
‘629 Melakukan ibadah haji
‘629 Pertempuran Mu’tah
‘630 Pembukaan Kota Makkah
‘630 Pertempuran Hunain
‘630 Pendudukan Thaif
‘631 Menguasai sebagian besar Jazirah Arab
‘632 Pertempuran Tabuk
‘632 Haji Wada’
‘632 Meninggal (8 Juni): Madinah
Referensi
^ Hart, Michael. 2007. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
^ a b Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber
Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5^ a b c
Subhani, Ja’far.
Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. ISBN 979-8880-13-7
^ Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin ‘Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b.
^ Esposito, John (1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4. p.18
^ Bullough, Vern; Brenda Shelton, Sarah Slavin (1998).
The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5.p.119
^ Reeves, Minou (2003). Muhammad in Europe: A Thousand Years of Western Myth-Making. NYU Press. ISBN 978-0-8147-7564-6. p.46
^
Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at Encyclopaedia of Islam Online.
Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P.
Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp. 16-18
^ Sahih Muslim, Book 8, Number 3310
^Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 64
^ Sahih Bukhari Volume 7, Book 62, Number 88
(sumber : wikipedia.indonesia, http://mhfathurrahim.wordpress.com/, dll )