SEJARAH KOTA MEKAH
Mekah Al Mukarramah adalah negeri Allah yang paling suci, tempat turunnya wahyu Illahi, kota yang paling dicintai Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Allah memilih kota ini sebagai lokasi “rumah-Nya” dan tempat kelahiran Penutup Para Nabi : Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam. Mekah juga menjadi qiblat umat muslim seluruh dunia, dan kota suci yang dijamin keamanannya sampai Hari Pembalasan.
“Ya Allah...! Sampaikanlah kami ke kota Mekah!”
Kota Mekah terletak di bagian barat Kerajaan Arab Saudi, terletak di bentangan kaki pegunungan Al Sarawat. Suhu di kota Mekah sangat panas di musim panas (bisa mencapai 48º C) dan sangat dingin di musim dingin (sampai 15ºC)
Orang yang pertama tinggal di Mekah adalah Ismail a.s. bersama ibundanya, Siti Hajar, tatkala keduanya ditinggal oleh Nabi Ibrahim a.s.
Orang yang pertama tinggal di Mekah adalah Ismail a.s. bersama ibundanya, Siti Hajar, tatkala keduanya ditinggal oleh Nabi Ibrahim a.s.
Kemakmuran kota Mekah merupakan jawaban atas doa Nabi Ibrahim ketika beliau meninggalkan istrinya dan bayinya tersebut.
Ketika bekal dan air yang dibawa Siti Hajar sudah habis, Hajar dengan bersungguh-sungguh mencari sumber air di antara bukit Shafa dan Marwa, maka Allah mengutus Jibril a.s. untuk memberikan air yang dipancarkan di bawah telapak kaki Ismail (sumber air Zam-zam)
Pada waktu itu secara kebetulan lewatlah rombongan kafilah dari Jurhum yang baru pulang dari Syam. Maka mereka minta ijin untuk tinggal di dekatnya. Kota mekah pun akhirnya berpenghuni dengan rumah-rumah yang berjauhan dan terletak di lembah-lembah gunung. Dan Nabi Ismail menjadi pengurus Ka’bah yang kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya.
Sebagai kiblat dan pusat kegiatan peribadatan, Ka’bah mengalami beberapa perkembangan. Pernah akan dihancurkan oleh Raja Abrahah, yang kemudian dihancurkan oleh burung ababil.
Dan pada masanya (tahun 571 M), kota Mekah juga menjadi saksi atas kelahiran Sang Nabi Penutup, Baginda Rasulullah s.a.w. Meskipun demikian, pada masa-masa itu Ka’bah yang seharusnya menjadi penjaga ketauhidan aqidah, justru dipenuhi oleh berhala-berhala di sekelilingnya.
Nabi Muhammad yang diutus sebagai pelurus aqidah dan akhlaq justru mendapat perlawanan yang sangat menyakitkan. Dan, kota Mekah pun kembali menjadi saksi kekejaman kaum Quraisy terhadap kaum muslimin, sampai akhirnya Rasulullah dan pengikutnya melakukan hijrah dan menetap di Yastrib / Madinah.
Masa-masa setelah penaklukan kota Mekah, yang merupakan penanda kemenangan kaum muslimin atas kaum quraisy, maka kota Mekah berubah dari fase hitam paganisme menjadi fase gemilang dan sebagai pusat/kiblat kaum muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar